Hari cukup cerah saat kendaraan yang membawa kami merayap di Jalan Raya Puncak. Setelah kelokan tajam selepas Masjid At-Taawun, kami berbelok tepat di tikungan tapal kuda, memasuki pertigaan di sisi kanan jalan.
“Jalan batu yang dilapisi aspal hotmix
itu mengantar kami ke sebuah puncak bukit datar, dikelilingi kebun teh.
Bukit itu begitu strategis, dari atasnya terlihat bentang alam kawasan
puncak yang diapit Gunung Mas dan Gunung Pangrango. Orang-orang
menyebutnya Bukit Paralayang, karena menjadi lokasi kegiatan paralayang
yang cukup terkenal di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Peralatan pengamatan segera kami
keluarkan begitu tiba di Bukit Paralayang ini. Ada binokuler, buku
panduan, juga dua buah tripod yang kami tegakkan di tempat strategis
sebagai dudukan monokuler. Kamera, yang berfungsi sebagai dokumen saksi
perjalanan, dibawa serta.
Tujuan pengamatan kami ini memang
membidik burung pemangsa (raptor) yang bermigrasi. Ketika musim dingin
di utara khatulistiwa (September hingga November), burung-burung ini
bermigrasi dari tempat berbiaknya dan kembali pada musim semi (Maret
hingga April). Biasanya, burung pemangsa seperti sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus) sering terlihat melintas di kawasan puncak kala musim migrasi.
Sikep-madu asia bukan satu-satunya burung pemangsa yang terlihat di kawasan ini. Elang buteo (Buteo buteo)
adalah jenis burung pemangsa lain yang bermigrasi dan umum terlintas di
kawasan Puncak. Jenis elang yang ukurannya lebih kecil seperti
elang-alap nipon (Accipiter gularis) dan elang-alap cina (Accipiter soloensis) terpantau juga.
Kami gembira dengan kehadiran “tamu
tanpa pasport” tersebut. Pendatang dari utara itu menjadi pengunjung
tetap di seluruh kawasan Sunda Besar hingga Wallacea saat musim dingin.
Sembari menunggu kehadirannya dalam jumlah banyak, kami coba menyelisik
ragam jenis burung yang ada di sekitar.
Sesaat, kami arahkan kembali pandangan
ke langit biru. Tetapi, yang terlihat kali ini bukanlah burung
sungguhan, melainkan paralayang: burung parasut berukuran sekitar
sepuluh meter yang diawaki manusia. Olahraga yang memanfaatkan angin ini
telah mewujudkan keinginan manusia untuk mengudara.
Dalam paralayang ada dua tipe hembusan
angin yang digunakan untuk mengembangkan parasut. Angin bergerak ke atas
karena menabrak lereng pegunungan yang diistilahkan dynamic lift dan angin yang bergerak ke atas karena panas dan bersentuhan dengan tanah (dipanaskan matahari) atau thermal lift. Dengan dua jenis angin tersebut, penerbang dapat membubung tinggi di angkasa atau bisa melayang sejauh mungkin.
Menurut penuturan David Agustinus Teak,
burung merupakan sumber inspirasi olahraga jelajah udara tanpa mesin
ini. Istilah soaring yang digunakan dalam kegiatan yang dulunya bernama
terjun gunung ini, maknanya tidak berbeda dengan apa yang ada dalam
kamus migrasi burung.
Hujan turun jelang tengah hari. Rasa
penasaran kami melihat pengembara yang menggunakan koridor daratan timur
sebagai rute perjalanannya ini masih tersisa. Kami masih terkesan
dengan penelitian yang dilakukan Hiroyoshi Higuchi, PhD, profesor dari
Graduate School of Agricultural and Life Sciences, Universitas Tokyo dan
kawan-kawan tentang jalur migrasi tiga ekor sikep-madu asia yang
dipasangi pemancar satelit.
Masing-masing, seekor jantan dan betina
dewasa serta seekor sikep-madu asia muda bergerak meninggalkan tempat
berbiaknya di Jepang melintasi Laut Cina Timur menuju Delta Chang Jiang
lalu ke Cina. Selanjutnya mereka terbang melalui daratan ke Vietnam,
Laos, Thailand, semenanjung Malaysia, dan menuju Sumatera. Dari
Sumatera, mereka melanjutkan perjalanan ke arah timur laut menuju
Kalimantan, dan tiba di Mindanao (Filipina) sebagai wintering site-nya.
Wintering site merupakan lokasi
persinggahan burung-burung tersebut melewatkan musim dinginnya, setelah
mereka meninggalkan tempat berbiaknya (breeding site). Ketika musim gugur tiba, mereka kembali melakukan perjalanan pulang, yaitu ke tempat berbiak asal.
Untuk sesaat, kami berteduh di warung
terdekat. Dari sini, sembari menikmati makanan kecil, kami melihat
panorama sekeliling. Ada pedagang kacamata yang membereskan barang
bawaannya agar tidak basah. Ada fotografer lokal yang terus menawarkan
jasa potret langsung jadi (cetak). Ada juga rombongan berkebangsaan
Persia yang terbagi dalam beberapa kelompok, berkerumun di pos
pendaftaran paralayang. Sebagian dari mereka ngotot antri meski jadwal terbangnya ditunda akibat cuaca yang tidak memungkinkan. Meski basah, Puncak Paralayang tetaplah indah.
Dua jam lebih kami menunggu, hingga
hujan benar- benar reda. Terngiang di telinga kami akan ucapan Opa David
tentang kawasan Puncak dan sekitar yang belakangan sering diguyur
hujan. Opa Paralayang Indonesia ini juga bercerita tentang migrasi
burung yang menurutnya tahun 2007 merupakan momen terindah. Kala itu,
sekitar Oktober, langit cerah dan burung terlihat jelas yang jumlahnya
mencapai ratusan ekor. “Mereka melintas dalam beberapa kelompok”
terangnya.
Perlahan, semburat merah mentari di
cakrawala memberi tanda pada kami bahwa inilah saat yang tepat
melanjutkan pengamatan. Sebelum melangkah, kami sempat mengamati
sepasang kacamata gunung (Zosterops montanus) bertengger di
ranting, asik berjemur sembari mengibaskan sayapnya. Burung kecil
berwarna kuning kehijauan ini tidak menyadari bila sedari tadi
tingkahnya diawasi beberapa pasang mata dari balik binokuler.
Di angkasa, tiga ekor sikep-madu asia
tengah berputar. Terbang lebih tinggi dari yang kami lihat sebelumnya.
Agaknya, pengunjung dari Asia ini dengan sayapnya yang membentang,
sudah tidak sabar untuk melanjutkan perjalanannya.
sumber: www.burung.org
PRODUK BURUNGGACOR.COM
PRODUK BURUNGGACOR.COM
- Manfaat Biji Gandum untuk Burung
- Jual Murai Batu Medan untuk Pelomba dan Peternak
- Manfaat SmartBird
- SmartBird Bantu Pemasteran Burung Kicau
- SmartBird Mengambil Khasiat Alam untuk Burung Anda
- Khasiat Herbal SmartBird
- Kandungan Berkhasiat SmartBird
- SmartBird, Herbal Nutrisi Otak untuk Burung Kicau
ARTIKEL TERBARU:
- Apa Sih Rahasia Pentet Juara?
- Viva Bird Farm Jebol Kandang Demi Dapatkan Murai Batu Super
- Kelebihan Burung Pelatuk untuk Master Murai Batu
- Cara Memilih Burung Trucukan yang Bagus
- Trik Menangkarkan Branjangan
- Selamat Datang Tamu dari Jauh
- Menyingkap Surga burung di Danau Tolire Besar
- Celepuk Rinjani Menambah Kekayaan Fauna Indonesia
- Gelatik Jawa Justru Banyak di Luar Jawa
- Kakatua Sumba Menebar Pesona
- Indonesia Surganya Burung Rangkong
Tidak ada komentar:
Posting Komentar